Soal Logika Formal dari Sudut Pandang yang Ringan


Saya melihat berita di TV bahwa sebanyak 65 Punker’s di provinsi Nanggroe Aceh Darusallam ditangkap dan digunduli paksa oleh polisi syariat.

Asumsi penangkapan itu adalah kekhawatiran berlebih oleh polisi syariat yang khawatir merebaknya ajaran sesat atau pencemaran dan penodaan agama Islam. Saya pribadi patut heran ketika mendengar alasan penangkapan tersebut lebih didasari oleh ketidaknyamanan polisi syariat dengan gaya dan penampilan Punkers yang urakan, yang kemudian menyeret praduga kriminal (kecendrungan pelaku kriminal) didalam kepala polisi-polisi tersebut. 

Paling tidak, peristiwa tersebut menyimpulkan paradigma formal yang kaku, bahwa penampilan yang tak rapi (urakan) adalah cerminan dari pelaku kriminal, dan sebaliknya penampilan rapi selalu jauh dari kecurigaan tindakan kriminal. Kesimpulan formalis ini lebih didasarkan pada penampakan “penampilan seseorang” sangat menentukan penilaian kepribadian seseorang, baik atau buruk. Lebih jauh lagi, penilaian akan penampilan juga bisa berakar pada pengelompokan masyarakat pada klas-klas sosial. 

Seseorang dengan penampilan yang kumal, bisa dengan sangat mudah disimpulkan sebagai pekerja kasar dan sebaliknya penampilan rapi adalah cerminan pekerja otak. Pekerja kasar yang berpenampilan kumal lebih pantas diwaspadai melakukan tindakan kriminal (mencuri), dengan asumsi bahwa dia (pekerja kasar) tentu sangat sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari hanya dengan mengandalkan upah rendah, dan sebaliknya pekerja otak pastilah jauh dari asumsi “pencuri” dikarenakan penampakannya yang bersih serta merta membawa aura positif terhadap dirinya. Lagi-lagi hal ini juga memperlihatkan kepada kita betapa kacaunya pola piker masyarakat kita yang selama puluhan tahun dijejali oleh hegemoni-hegemoni logika formal yang sangat sesat.  

Era Kolonial
Penjajah selalu datang dengan penampilan terbaik, dengan baju yang terjahit dari bahan-bahan terbaik, perhiasan yang berkilau, dan kapal pesiar yang besar. Sedangkan masyarakat jajahan selalu berpenampilan kumal,tradisional, bahkan jika film-film sejarah perjuangan bangsa dapat mewakili visualisasi zaman penjajahan kolonial, kita bisa dengan sangat jelas melihat bagaimana masyarakat jajahan (pribumi) ditampilkan dengan sangat sederhana, bahkan tidak memakai alas kaki. 

 Raja-raja diwilayah Nusantara yang juga berpenampilan menarik, umumnya tidak menaruh curiga pada tuan-tuan eropa tersebut. Dalam beberapa kasus kontemporer, saya juga sering berpikiran bahwa seseorang yang berpenampilan baik dan rapi sering kali menghilangkan kewaspadaan saya akan asumsi-asumsi jahat pada dirinya. Barangkali, perasaan yang sama juga dirasakan oleh Raja-raja di Nusantara dahulu kala. Mereka menerima dengan baik tuan-tuan eropa, selayaknya saudara (segolongan) yang harus disambut istimewa. Barangkali tidak ada yang menyangka bahwa tahun-tahun berikutnya berbuah malapetaka massal yang berkepanjangan.  

Paska Kolonial 

Sejak pakaian menjadi kebutuhan primer manusia, dan telah dipatenkan sebagai produk kebudayaan masyarakat modern yang paling penting, pakaian kemudian menjadi industri pesat dengan tingkat inovasi yang padat. Tak terkecuali di Indonesia. Sebelum dan sesudah kemerdekaan, pakaian dapat mewakili akar kelas seseorang, apakah dia ningrat atau birokrat, atau usahawan atau petani dan buruh pabrik, dan atau tuna wisma sekali pun. 

Singkatnya, jenis dan cara seseorang berpakaian dapat mengundang asumsi yang melihat akan keberadaan klas-nya. Dalam logika ekonomi-politik, saya pikir ini masuk akal. Bagaimanapun, seorang petani tak mungkin menganggap pakaian ala birokrat sebagai kebutuhan pokok bagi dirinya. Namun jika dipakai untuk menyimpulkan penilaian baik-buruknya seseorang (criminal ukurannya) akan menjadi masalah yang laten. Masalah ini masuk ke persoalan serius, karena dia sudah menjadi “mindset” masyarakat berkelas. 

Randy Syahrizal, penulis adalah Kader PRD Sumatera Utara
Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. RANDY SYAHRIZAL - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger